Monday 8 July 2013


Tarif Truk Kayu Tabundung-Lailunggi naik


yetsin tamu amaDion Umbu Ana Lodu - Sindo TV
Bus kayu di Waingapu (Dok: Dion/Sindo TV)Bus kayu di Waingapu (Dok: Dion/Sindo TV)
WAINGAPU - Tingginya biaya operasional kendaraan umum pascapenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi dalil para pengelola dan sopir angkutan umum untuk menaikkan tarif.

Walau belum ditetapkan resmi oleh Pemkab Kabupaten Sumba Timur, NTT, para operator angkutan sudang menaikkan tarif secara sepihak.

Kenaikan tarif juga diberlakukan pengelola ‘bus kayu’, sebutan untuk angkutan pedesaan, yakni truk yang dimodifikasi di mana bagian baknya dipasang papan atau balok panjang sebagai tempat duduk para penumpang.

Sejumlah sopir mengaku terpaksa manaikkan tarif bervariasi, mulai Rp5.000 hingga Rp10 ribu per penumpang.

Frans, sopir ‘bus kayu’ jurusan Tabundung dan Lailunggi, mengatakan, sebelum solar naik, tarif dari Tabundung-Kota Waingapu dipatok Rp20 ribu. “Tapi sekarang kami naikkan jadi Rp25 ribu untuk pelajar dan anak-anak serta Rp30 ribu untuk orang dewasa,” jelas Frans.

Menurutnya, jarak ke Lailunggi cukup jauh, yakni 165 kilometer. Sekali perjalanan pulang pergi bisa menghabiskan 170 liter solar.

“Jadi sebenarnya kalau mau ideal tarifnya Rp40 ribu per orang. Ban saja setiap dua pekan ganti empat. Itu pun ban cor bukan ban asli,” timpal sopir lainnya, Yusuf.

Bila tarif tidak naik, tambah Yusuf, para sopir dipastikan berhenti bekerja dan yang rugi juga masyarakat pengguna jasa.

Para sopir berharap, pemkab segera mengeluarkan keputusan yang mengatur penyesuaian tarif agar bisa diterima masyarakat.

Apalagi, ‘bus kayu’ menjadi sarana transpostasi andalan yang menghubungkan kota kabupaten dengan sejumlah desa di Kabupaten Sumba Timur. Kendaraan lebih kecil tidak cocok menyusuri rute tersebut karena medan yang sulit, seperti berlumpur, mendaki, dan menuruni bukit terjal. Selain itu, jalan di sana berbatu, bukan aspal

No comments:

Post a Comment